Arsitektur bangunan masjid masa rasulullah
Masjid dilihat dari segi bahasa bermakna “tempat sembahyang”. Masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sujudan, fi’il madhi dari sajada, fi’il diberi awalan maa, sehingga berubah menjadi isim makan. Isim makan menyebabkan perubahan bentuk sajadamenjadi masjidu sebagaimana dijelaskan oleh Sidi Gazalba dalam Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam.
Adapun pengertian Masjid agung yang biasanya dipahami oleh banyak orang adalah terkait dengan bentuk fisik yang besar dan megah, misalnya gunung yang menjulang tinggi merupakan gunung yang agung. Begitu juga Masjid yang besar, kerap disebut Masjid Agung.
Muhammad E. Ayub dalam Manajemen Masjidmenjelaskan bahwa Masjid juga memiliki komponen-kompenen yang terdiri dari luar dan dalam Masjid, komponen dalam Masjid perlu di perindah untuk menambah kekhusyuan dalam beribadah, sedangkan komponen luar Masjid termasuk pagar juga dapat memperindah pemandangan Masjid.
Perjalanan seni arsitektur Masjid dalam kebudayaan masyarakat muslim memberikan hubungan prosesi ibadah dalam masjid. Unsur-unsur dalam Masjid terpadu dalam satu rangkaian perwujudan arsitektural. Ruang imam ditandai dengan menghadirkan Mihrab untuk ruang makmum, ruang utama jama’ah biasa disebut haram dan zulla. Bisa juga melebar ke serambi Masjid. Mimbar diposisikan sebagai tempat untuk berkhutbah.
Minaret menurut Ahmad Farani dalamArsitektur Masjid adalah atribut untuk muadzinmelantunkan panggilan adzan untuk membedakan posisi imam, pada dinding arah kiblat ditandai dengan mihrab. Pada bagian atap bangunan di tambahkan kubah. Masjid memiliki tiga ruang utama yaitu, mihrab, shaf makmum dan serambi. Masjid berorientasi menghadap ke kiblat dengan pola ruang lapang, dan memanjang ke arah kiri dan kanan, sehingga shaf utama untuk shalat labih banyak. Bagian dalam masjid dirancang sebagai ruang yang tenang dan khusyuk.
Komentar
Posting Komentar